Literasi Digital Di Indonesia | SDN Ciwangi Purwakarta
..:: Selamat Datang Peserta Didik Baru Di Sekolah TASBIH (Taqwa, Aman, Santun, Bersih, Indah, Hijau) ::..

Literasi Digital Di Indonesia


Sejak zaman dahulu, literasi sudah menjadi bagian dari kehidupan dan perkembangan manusia, dari zaman prasejarah hingga zaman modern. Pada zaman prasejarah manusia hanya membaca tanda-tanda alam untuk berburu dan mempertahankan diri. Mereka menulis simbol-simbol dan gambar buruannya pada dinding gua. Seiring dengan perubahan waktu, berkembanglah taraf kehidupan manusia, dari tidak mengenal tulisan hingga melahirkan pemikiran untuk membuat kode-kode dengan angka dan huruf sehingga manusia dikatakan makhluk yang mampu berpikir. Pemikiran tersebut akhirnya melahirkan suatu kebudayaan. Proses perkembangan literasi berasal dari mulai dikenalnya tulisan yang pada saat itu menggunakan perkamen sebagai media untuk menulis.

Baca Juga: Gerakan Literasi Nasional, Panduan, Modul Literasi Dasar

Perkamen adalah alat tulis pengganti kertas yang dibuat dari kulit binatang (seperti biri-biri, kambing, atau keledai). Perkamen biasanya digunakan untuk halaman buku, codex, atau manuskrip yang digunakan oleh masyarakat dunia pada sekitar 550 sebelum Masehi dapat memahami pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini, bentuk yang dimaksud termasuk menciptakan, mengolaborasi, mengomunikasikan, dan bekerja sesuai dengan aturan etika, dan memahami kapan dan bagaimana teknologi harus digunakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Termasuk juga kesadaran dan berpikir kritis terhadap berbagai dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan teknologi dalam informasi yang pasif menjadi produsen aktif, baik secara individu maupun sebagai bagian dari komunitas. Jika generasi muda kurang menguasai kompetensi digital, hal ini sangat berisiko bagi mereka untuk tersisih dalam persaingan memperoleh pekerjaan, partisipasi demokrasi, dan interaksi sosial.

PENGERTIAN
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat.

Namun, literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring. Dengan demikian, mengacu pada pendapat Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.

Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat denganpola pikir dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif, menjadi korban informasi hoaks, atau korban penipuan yang berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusif. Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara bersama-sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

Sebagai salah satu media baru, internet yang hadir pada akhir 1980-an merupakan jaringan teknologi yang berkembang sangat cepat (Hill & Sen, 2005:10). Internet hadir dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai piranti seperti laptop, tablet, telepon genggam (terutama telepon pintar). Dengan internet, manusia modern dapat melakukan beragam kegiatan seperti: mencari informasi, merencanakan perjalanan, membaca surat kabar, menulis dan membaca artikel, berkomunikasi melalui surat elektronik, mengirim dan mengobrol melalui pesan instant, menelepon, berdiskusi, berkonferensi, mendengarkan musik dan radio, melakukan pemesanan atau pembelian barang secara online, mengembangkan relasi, memelihara hubungan, melayangkan protes, berpartisipasi politik secara aktif, bermain games, menciptakan pengetahuan bersama, mengunduh piranti lunak dan data digital, dan sebagainya (Fuchs, 2008:1). Ragam kegiatan yang dilakukan melalui internet tersebut semakin berkembang dari waktu ke waktu. Berbagai aktivitas baru pun bermunculan, seperti membuat dan membagikan video harian, menonton televisi secara langsung melalui internet, dan lain sebagainya.

Secara umum yang dimaksud dengan literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten/informasi, dengan kecakpan kognitif maupun teknikal. Ada banyak model kerangka (framework) untuk literasi digital yang dapat ditemukan di Internet, dengan ragam nama dan bentuk. Setiap model memiliki keunikan dan keunggulannya masing-masing.

Dalam masyarakat modern dewasa ini, relasi manusia dengan media baru semakin intim. Penggunaan internet, baik dalam kehidupan profesional maupun pribadi semakin tinggi. Internet juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di ruang kerja, publik, maupun keluarga. Bab ini secara garis besar menjelaskan arti penting literasi digital dalam masyarakat modern di mana interaksi manusia dengan internet semakin intens, termasuk penggunaannya dalam keluarga.

Sifat internet yang dua arah juga memungkinkan seorang pengguna menjadi seorang produser sekaligus. Pengguna tidak hanya pasif menerima pesan namun juga secara aktif dapat melakukan produksi pesan. Sifat internet yang juga personal memfasilitasi pengguna dalam menyeleksi pesan yang diinginkannya. Sifat internet yang demikian memberikan kontribusi pada bagaimana pengguna mengaplikasikannya. Berbagai isu mengenai penggunaan internet dalam keluarga dan penggunaannya oleh anak-anak semakin mendapatkan perhatian.
Kecakapan literasi digital, tentu saja bukan hanya berkaitan dengan keterampilan teknis mengakses internet, namun juga kemampuan dalam memfilter beragam informasi dan hiburan yang disediakan oleh internet, termasuk di sini beragam aplikasi di ponsel yang digemari anak-anak. Dengan demikian, literasi memiliki makna bukan hanya sebatas proses anak berinteraksi dengan internet, tapi juga bagaimana interaksi tersebut memiliki kontribusi pada beragam aspek tumbuh kembang anak. Dalam pengertian ini, literasi juga meliputi peran orangtua dalam mendampingi anak, terutama mereka yang berusia dini. Interaksi anak dengan internet dan juga interaksi orangtua dengan anak dalam pendampingan menggunakan internet idealnya merupakan suatu proses yang simultan. Sayangnya, observasi tentang interaksi dan proses ini belum banyak dilakukan di Indonesia.

Download Seri Bacaan Literasi Digital:

Masukkan E-Mail Anda:

0 Tanggapan "Literasi Digital Di Indonesia"

Post a Comment