Purwakarta merupakan daerah lumbung beras dan teh. Pernah dijadikan basis logistik Kesultanan Mataram saat penyerangan VOC ke Batavia pada abad ke-18. Belum habis kekayaannya, buminya kembali dikeruk guna menopang kekuatan perdagang Hindia Belanda.
Baca Juga: Para Bupati Purwakarta Dari Masa Ke Masa
Posisinya sangat spesial berada di antara ibu kota negara (Jakarta) dan ibu kota provinsi (Bandung). Hingga pada akhirnya, Purwakarta menjadi wilayah dengan banyak peninggalan bersejarah. Sebuah cerita klasik menyeret indahnya sisa tata kota yang tak lepas dari kolonialisme Belanda dan cerita zaman kependudukan Jepang.
Gambaran di atas bisa diceritakan sesaat melewati jantung kota, melintasi sisa peninggalan stasiun kereta Purwakarta yang dibangun penghujung abad ke-19.
Perjalanan dimulai di sebuah bangunan tua berpendopo di muka bangunannya, bangunan yang disebut-sebut simbol utama Purwakarta. Masyarakat mengenalnya dengan nama Gedung Negara. Saat ini digunakan sebagai kantor bupati.
Posisi gedung berhadapan langsung dengan alun-alun yang ditaksir para sejarawan dibangun di masa bersamaan.
Arsitektur perpaduan antara nilai Jawa tradisional dan sentuhan Eropa membuat decak kagum sulit dihindarkan.
Gedung Negara, termasuk pendopo di bagian depannya, dibangun pada 1831. Sejarahnya, Purwakarta mula-mula merupakan bagian dari Kabupaten Karawang sejak era VOC pada 1630. Purwakarta dijadikan sebagai pusat ibu kota Kabupaten Karawang baru pada 1831 berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 20 Juli. Sebelumnya, pusat pemerintahan berada di sebuah desa bernama Wanayasa, 24 kilometer arah tenggara di kaki Gunung Burangrang.
Menurut Buku Sejarah Purwakarta (2008) yang di susun tim penelusuran sejarah Badan Pariwisata Kabupaten Purwakarta, tertulis da lam surat Kabar Hindia Belanda, Javasche Courant, Agustus 1831: "Door den Gou verneur Generaal in Radem is bepaald dat dehoofdplaats de Assistent-residentie Krawang, voortan den naam Poerwakarta" (Gubernur Jenderal telah menetapkan, bahwa ibu kota afdeling/Kabupaten Krawang bernama menjadi Purwakarta).
Purwakarta berdiri menjadi kabupaten tersendiri terhitung sejak 1968. Tempat yang mulai ramai, begitu arti nama Purwakarta. Kabupaten Purwakarta (purwa = permulaan, karta= ramai/hidup) berada di Jawa Barat.
Ketika itu, nama Purwakarta belum terkenal dan populer seperti sekarang. Masyarakat mengenal daerah ini dengan nama Sindangkasih, sebuah perkampungan yang saat ini pun masih ada tak jauh dari pusat kota. Dalam sejarah tutur, nama Sindangkasih diambil dari peristiwa pencarian lokasi pemerintahan baru oleh bupati Karawang saat itu, RA Suriawinata, pada 1830.
Konon, di tempat inilah, di Sindangkasih, Bupati mendapat perlakuan hangat dari pemukim yang telah ada sebelumnya. Dalam bahasa Sunda, sindang berarti mampir, dan kasih yang berarti asih, cinta, dan sayang.
Slogan Purwakarta Istimewa bukan berarti Purwakarta ingin berbangga diri dengan daerah sendiri. Slogan Purwakarta Istimewa sebetulnya memiliki arti mengistimewakan masyarakat Purwakarta melalui berbagai macam pelayanan publik dan pembangunan di segala bidang.
Slogan Kabupaten Purwakarta yaitu Purwakarta Istimewa bukan sekedar slogan tanpa pembuktian. Slogan Purwakarta Istimewa yang dimulai pada era kepemimpinan Bupati Dedi Mulyadi merupakan perwujudan dari keinginan pemkab Purwakarta untuk dapat memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh masyarakatnya. Semangat pembangunan daerah berkarakter budaya dimulai dari pembebasan biaya pendidikan hingga tingkat SMA, peningkatan mutu kurikulum pendidikan, pembangunan infrastruktur, pelayanan kesehatan, pariwisata hingga ke hiburan rakyat semuanya diperhatikan untuk satu tujuan luhur yaitu mengistimewakan warga Purwakarta.
Perubahan demi perubahan perlahan mulai merubah wajah Purwakarta dan mulai terasa dampak positifnya bagi warga Purwakarta, khususnya semenjak Dedi Mulyadi memimpin Purwakarta.
0 Tanggapan "Sejarah Purwakarta Jawa Barat"
Post a Comment